Sejarah Kereta Listrik di Indonesia

KRL Commuter Line seri JR 205 berangkat dari Stasiun Pondok Ranji (Foto oleh: Ajrin Railfans)



KRL atau Kereta Rel Listrik adalah kereta yang menggunakan tenaga listrik untuk berjalan. Kini KRL sudah ada di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, perusahaan yang mengoperasikan KRL adalah PT Kereta Commuter Indonesia (kini KAI Commuter). PT KAI Commuter adalah anak perusahaan dari PT KAI. 

KRL Commuter Line adalah layanan moda transportasi kereta api listrik Commuter yang beroperasi di Jabodetabek, dan di Yogyakarta. Sebelum menjadi Commuter Line, layanan ini bernama KRL Jabodetabek pada tahun 1970an. Kemudian berganti nama menjadi Divisi Jabodetabek (tahun 1990an), KAI Commuter Jabodetabek (tahun 2008), Kereta Commuter Indonesia (tahun 2017), dan kini bernama KAI Commuter. 

Ternyata, KRL di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda loh. Nah, pasti kalian mau tau sejarahnya kan? Yuk langsung saja baca blog ini sampai akhir!

Wacana Elektrifikasi Jalur


Kereta Listrik Zaman Belanda
(Foto dari: Google)
Sekarang saatnya kita flashback ke tahun 1900an! Wacana elektrifikasi jalur kereta api di Jakarta sudah didengungkan sejak tahun 1917 oleh Staatsspoorwegen (SS). Elektrifikasi akhirnya mulai dilakukan pada tahun 1923 dari Tanjung Priuk sampai Meester Cornelis (Jatinegara). Elektrifikasi selesai pada Desember 1924. Proyek elektrifikasi terus berlanjut. Jalur linkar Jakarta selesai di elektrifikasi pada tahun 1927 dan tahun 1930. Saat itu juga, jalur kereta Jakarta-Bogor sudah bisa dilalui oleh kereta listrik. Kereta yang digunakan di jalur Jakarta Bogor adalah kereta biasa yang ditarik oleh lokomotif listrik. Lokomotif listrik yang digunakan adalah seri ESS 3000 (buatan pabrik SLM-BBC), seri ESS 3100 (buatan pabrik AEG Jerman), dan seri 3200 (buatan pabrik Werkspoor Belanda). 

Perluasan Jalur yang di Elektrifikasi

Jalur KRL Commuter Line (Foto dari: Google)

Semenjak Indonesia merdeka, jalur kereta yang terelektrifikasi masih digunakan, bahkan diperluas. Pada tahun 1965, Kereta Listrik dinon-aktifkan dan digantikan dengan kereta lokal yang ditarik oleh lokomotif diesel. Dikarenakan lokomotif listrik buatan Belanda sudah tua dan tidak layak jalan. Pada tahun 1972, kereta listrik mulai muncul lagi. Diberitakan bahwa PNKA akan membeli 10 trainset Kereta Rel Listrik dari Jepang untuk memenuhi kebutuhan kota Jakarta, juga untuk mengurangi kemacetan didalam kota.

Kedatangan Kereta Baru Dari Jepang

Proses Penurunan KRL seri ED 101
(Foto dari: Google)

KRL dan KRD pesanan PNKA tiba di Indonesia empat tahun kemudian. KRL-KRL ini akan menggantikan lokomotif listrik lama peninggalan zaman penjajahan Belanda. 
KRL yang dipesan oleh PNKA adalah seri ED 101. KRL ED 101 dibuat tahun 1976 hingga 1987 oleh Nippon Sharyo, Hitachi, dan Kawasaki dari Jepang. KRL ini menggunakan teknologi Rheostat. Dulunya, KRL ini pernah dilengakpi oleh pendingin udara atau AC. Selain itu, KRL ini juga memiliki sistem pintu otomatis. Namun, semua KRL ED 101 yang menggunakan AC akhirnya dijadikan KRL dengan kelas Ekonomi non AC, dikarenakan munculnya vandalisme yang merusak armada KRL. Hingga akhirnya, KRL ED 101 resmi dipensiunkan sejak tahun 2013, dan bangkainya ditumpuk di Stasiun Purwakarta. 

KRD MCW 301 (Foto dari: Google)

Sementara, KRD yang dipesan oleh PNKA adalah seri MCW 301. KRD MCW 301 dibuat oleh Nippon Sharyo Jepang pada tahun 1976. KRD ini datang ke Indonesia bersamaan dengan pengiriman KRL ED 101. KRD MCW 301 berjumlah 24 unit. Dua tahun kemudian, didatangkan lagi KRD yang hampir sama, yaitu seri MCW 302. Kedua KRD ini dipakai untuk beberapa kereta komuter seperti Patas Bandung Raya, Patas Bandung-Cicalengka, Bumi Geulis, Prambanan Ekespres (Prameks), Komuter Susi, Komuter Sulam, Kedung Sepur, dan terkadang digunakan untuk rangkaian kereta darurat. Untuk KRD MCW 301 sudah tidak terlihat sampai sekarang. Tetapi kita masih bisa melihat KRD MCW 302 yang sekarang dijadikan KRD Kedung Sepur.

Munculnya Vandalisme yang Merusak Armada KRL

KRL yang dikerubuti oleh penumpang
(Foto dari: Google)
Ditahun 1990an, perkeretaapiian di Indonesia sangat buruk. Vandalisme mulai bermunculan dan merusak armada KRL Jabodetabek. Akibatnya, banyak fasilitas kereta yang rusak. Seperti pintu kereta 
yang sering diganjal paksa oleh para penumpang. Selain itu, interior  kereta menjadi kumuh. Akhirnya, beberapa KRL diturunkan kelasnya  menjadi KRL kelas ekonomi non AC. Sisanya ada yang masih  bertahan menggunakan AC, namun kelasnya adalah kelas bisnis. Nah, ada satu trainset KRL yang dirubah menjadi kelas eksekutif. KRL ini recananya akan digunakan oleh Presiden Soeharto untuk meresmikan jalur kereta layang di Jakarta. 
Karena vandalisme semakin parah di akhir tahun 1990an, terpaksa semua armada KRL diturunkan kelasnya menjadi kelas Ekonomi non AC. Disaat inilah kondisi perkeretaapian di Jabodetabek sangat buruk sekali. Ditambah juga ada krisis ekonomi yang memburuk saat itu yang membuat KRL di Indonesia tambah buruk. 

Kedatangan KRL 'Hibah' dari Jepang

Melihat kondisi kereta di Jakarta yang sangat jauh dari kata layak, Jepang pun merasa kasihan dan menghibahkan KRL dari Jepang untuk PT Kereta Api. KRL yang dihibahkan ke Indonesia adalah KRL seri Toei 6000 ek Mita Line. Akhirnya, KRL ini tiba di Indonesia pada tahun 2000. KRL ini merupakan salah satu KRL yang sangat legendaris, karena 
KRL Toei 6000 di Stasiun Jakarta Kota
(Foto dari: Google)
merupakan KRL AC ex Jepang pertama yang beroperasi di Indonesia. Kedatangan KRL ini juga menandakan era modernisasi KRL Jabodetabek saat itu. Ada 72 kereta yang didatangkan dari Jepang, yang terdiri dari 8 rangkaian dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 6 kereta. Total ada 48 kereta dengan 24 kereta tambahan. Saat didatangkan, beberapa trainset KRL Toei 6000 ada yang tidak berkabin masinis, hanya gerbong saja. Akhirnya, Balai Yasa Manggarai memodifikasi kereta tersebut. Ada 3 trainset yang menggunakan kabin rakitan Balai Yasa Manggarai. Semua KRL ini beroperasi hingga tahun 2011, KRL Toei 6000 beberapa ada yang diafkirkan. Ditambah lagi datangnya KRL yang lebih muda dari Jepang, yaitu seri JR 205 membuat KRL ini perlahan tersingkirkan. Hanya tersisa satu KRL yang masih berdinas hingga tahun 2016, yaitu KRL set 6181F. September 2016, adalah perjalanan terakhir bagi KRL Toei 6181, sudah 16 tahun ia berdinas di Indonesia. Kini KRL Toei set 6181 dijadikan sebuah monumen di Dipo KRL Depok.

Membeli Kereta Bekas dari Jepang

Setelah mendapatkan KRL Hibah, PT Kereta Api membeli KRL bekas dari Jepang, yaitu seri JR 103. KRL ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 2004. KRL JR 103 kini sudah tidak beroperasi lagi. 
Di tahun 2005, Indonesia membeli KRL bekas seri Tokyu 8000 ex Oimachi Line dan seri Tokyu 8500 ex Den En Toshi Line. KRL Tokyu 8000 masih berdinas sampai sekarang, walaupun hanya satu kereta saja yaitu set 8003-8004. Untuk KRL Tokyu 8500 tersisa 3 kereta yang masih berdinas, yaitu set 8504, 8510, dan 8518. 
Di tahun 2007, Indonesia membeli lagi KRL bekas dari Jepang seri Tokyo Metro 5000 dan seri ToYo Rapid 1000. Kedua KRL ini sekarang sudah tidak berdinas sejak tahun 2020. 
Di tahun 2010, Indonesia membeli KRL seri Tokyo Metro 7000. Kini, KRL Tokyo Metro 7000 tinggal 2 unit saja yang masih beroperasi.

Di tahun 2011, Indonesia kembali medapatkan KRL hibahan dari Jepang. KRL yang dihibahkan dari Jepang adalah KRL seri JR 203 ex Joban Line. Alasan Jepang menghibahkan KRL ini karena sudah tidak beroperasi lagi disana, dan sudah ada pengganti JR 203 di Joban Line, yaitu seri JR East E233-2000. Lalu, Indonesia membeli KRL bekas seri Tokyo Metro 6000. KRL Tokyo Metro 6000 merupakan KRL dengan populasi terbanyak kedua setelah seri JR 205. 

KRL JR 205 tiba di Indonesia
(Foto: @indorailwaymedia)

Tahun 2013, Indonesia membeli KRL bekas dari Jepang seri JR 205. KRL yang datang ke Indonesia berasal dari jalur Musashino, Yokohama, Saikyo, dan Nambu. KRL ini didatangkan ke Indonesia secara bertahap. KRL JR 205 kini menjadi KRL dengan populasi terbanyak nomor 1 se-Indonesia. Semua jalur KRL di Jabodetabek sudah pernah dilewati oleh KRL ini. Selain di Jabodetabek, KRL JR 205 juga berdinas di jalur Yogyakarta-Solo bersama dengan KRL KFW i9000. 

Nah, seri KRL ini juga ada yang memiliki muka unik. Para Railfans menjulukinya dengan sebutan 'Marchen'. KRL JR 205 yang bermuka Marchen ada 5 set, yaitu JR 205 145, 146, 147, 148, dan 149. Namun untuk JR 205 149 digunakan sebagai kabin tengah di KRL JR 205 130, sayang banget ya. 

KRL JR 205 137 dengan livery baru
(foto oleh: Ajrin Railfans)

Kini, kondisi KRL di Jabodetabek terlihat lebih bagus daripada tahun-tahun sebelumnya. Tidak seperti dulu, kita harus rela berdesak-desakan demi naik kereta, bahkan sampai naik ke atap. Sekarang tidak perlu khawatir akan hal itu, karena sekarang sudah lebih rapih dan lebih modern. Semoga untuk selanjutnya bisa lebih bagus lagi.


Terimakasih telah membaca dan telah mengunjungi blog Ajrin Railfans!
Mohon maaf apabila ada salah kata atau yang lainnya, mohon dikoreksi. 


Follow Instagram saya :

Subscribe channel YouTube saya :


Sumber: Wikipedia
Sumber foto: Ajrin Railfans, Google, Wikipedia, Instagram @indorailwaymedia 

Komentar

Posting Komentar